ManifesT-Malang. Kemarin malam (29/05) tepatnya pada pukul 19.00 WIB, di Gedung B Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FH UB), telah berlangsung Pentas Tunggal dengan tema Dinamika Warna yang diadakan oleh Teater Kertas FH UB. Acara ini merupakan aplikasi dari pentas generasi sebelumnya, di mana pentas generasi sebelumnya adalah untuk pembelajaran para pemula, khususnya di bidang akting. Sedangkan pentas tunggal ini merupakan bentuk pentas yang sebenarnya.
Di balik pentas tunggal yang diadakan Teater Kertas ini, Lingga selaku ketua pelaksana mengungkapkan bahwa persiapan yang dilakukan kurang dari 1 bulan yaitu hanya sekitar 28 hari, padahal jangka waktu normal untuk pementasan biasanya dibutuhkan pelatihan selama 2 bulan. Lingga juga menuturkan pengambilan tema berdasarkan dari nilai kehidupan sehari-hari. “Saya mengambil tema ini (Dinamika Warna), dikarenakan kehidupan masyarakat di dunia ini banyak sekali macamnya. Ada kalanya sifat manusia egois, pemarah, penyendiri, dan semuanya bercampur menjadi satu. Kami juga ingin menujukkan sisi lain dari kehidupan, di mana segala sesuatu kadang tak berakhir indah.”
Pementasan yang berjudul Cinta dan Halusinasi ini, menceritakan tentang sebuah anak bernama Farah yang memiliki gangguan psikis karena selalu diminta oleh ibunya untuk selalu berlatih menari balet. Sayangnya, tujuan dari pelatihan menari itu, hanya untuk sebuah kepuasan bagi Ibunya. Dahulu ketika muda, Ibunya tidak bisa mencapai puncak kejayaan sebagai penari akibat kecelakaan yang menimpanya. Akibatnya, rasa kekecewaan pada dirinya ditimpakan pada anaknya. Farah dipaksa untuk selalu berlatih menari, bahkan tak segan untuk mengancamnya dengan benda-benda tajam jika Farah sudah mulai enggan berlatih.
Menurut Mawar, salah satu penonton dalam pementasan tersebut merasa bergidik karena suasana mistis yang diciptakan dari panggung pementasan. Ditambah pula dengan jalan cerita yang di dalamnya terdapat adegan pembunuhan. Mawar juga menambahkan seluruh pemeran memainkan perannya dengan sangat baik. Sehingga setiap penonton dapat menghayati setiap peristiwa yang ditampilkan. “Penampilan pemeran utama yang dibawakan oleh Nabila Azzahra sebagai Farah ini, sangat menghayati sekali. Tak lupa juga seluruh pemain pendukung yang hebat dalam berakting. Jadinya, seluruh jalan cerita sangat jelas dan sangat menghibur.” Tuturnya.
Lingga juga menuturkan bahwa pesan dari kisah pementasan ini ialah seorang ibu seharusnya tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada sang anak. Apalagi jika itu bertentangan dengan minat dan bakat anak. “Ketika anak tidak ingin melakukan sesuatu seharusnya orang tua tidak boleh memaksakan apalagi ditambah dengan kekerasan. Tentu saja perbuatan tersebut dapat mengganggu psikologis sang anak.” Tambah Lingga menjelaskan. (/asd,aml)