ManifesT, Malang – Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya tahun 2016 (PKKMABA UB 2016) telah berakhir. PKKMABA UB tahun ini dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2016 sampai dengan 1 September 2016, dimana hari pertama pelaksanaan PKKMABA terpusat di Universitas, sedangkan hari kedua dan ketiga di fakultas masing-masing.
Berbeda pada pelaksanaan PKKMABA FH UB pada tahun sebelumnya, tahun ini memiliki keunikan. Diantaranya adalah tidak adanya penugasan pada hari pertama di fakultas (31/8) dan peniadaan tugas kelompok. Tidak adanya penugasan pada hari pertama (31/8) disebabkan oleh dosen yang menyetujuii. “Jadi gini panitia itu kan terdiri dari mahasiswa dan dosen. Sebenarnya dari awal kami (dari pihak mahasiswa) sudah minta ada penugasan. Kemudian, dari pihak dosen sendiri tidak menyetujui dan hari pertama itu merupakan Orientasi Pendidikan (Ordik), jadi mahasiswa baru itu harus paham terlebih dahulu harus fokus jadi kami itu alasannya kami tidak memberi materi istilahnya penugasan hari pertama kepada mereka terlebih dahulu. “ Ujar M. Aziz Sulistyo selaku Koordinator Dispilin Mahasiswa (Disma).
Aziz juga menjelaskan tentang tujuan diadakannya penugasan pada hari ini (1/9), Ia menjelaskan bahwa penugasan bertujuan agar maba lebih mengenal seluk-beluk yang ada di FH. “Penugasan hari ini diberikan bertujuan agar maba mengetahui setelah ini mau apa dan ada apa saja sih yang terdapat di FH seperti fasilitas apa saja yang ada di FH jadi seperti itulah” ujarnya.
Selain itu, keunikan dari penugasan pada PKKMABA FH UB tahun ini adalah ditiadakannya tugas kelompok. Peniadaan tugas kelompok ini bertujuan agar tidak memberatkan maba dalam mengerjakan penugasan PKKMABA. “Seperti yang kita tahu kan tugas kelompok ini kan kadang menuntut maba agar kumpul bareng di malam hari untuk mengerjakan, sementara tugas individu sendiri kan juga sudah banyak” tuturnya.
Lebih lanjut lagi, Aziz juga menjelaskan tentang ditiadakannya pembedaan tugas antara maba penyandang difabel dengan Maba lainnya. Hal ini dikarenakan pembedaan akan menimbulkan kecemburuan, karena belum tentu mahasiswa penyandang difabel tidak mampu mengerjakan. “Kalau nanti kami berikan pembedaan dan dia ini memang sebenarnya mampu kan kasihan juga dia nanti merasa dibedakan.” Ujarnya. (/Akm)